Pages - Menu

Jumat, 22 Februari 2013

Rembulan Tenggelam di Batu Nisan



Birpun malam redup tanpa pelita
Tak lagi sunyi menyelubungi ruang hampa
Kan ku kepakkan sayapku tuk menyapamu
Oh bulan. . .Izinkan aku menyibak kabut gelap
Agar tak lagi ada tabir untukku bersua dan merasakan hangatnya sinarmu

Bila mentari tergesa bangun dalam tidurnya
Maka, pagiku adalah rindu yang membuncah
Mampukah pagi menggantikan teduhnya malam?
Mampukah waktu menghitung butiran tasbih dari bucuran air mata?

Kereta waktu berlari terlalu cepat sembari membawamu pergi
Setelah kumbang membawa sekuntum bunga di gundukan bumi
Ku hanya bisa melihat sesimpul senyuman difoto usang
Ku bisa mengusap lembut kerinduanku
Namun, ku tak mampu membelai ragamu yang telah berenang dihulu nafas terahir

Belum sempat bunga bersemi di musim hujan
Namun, sinarmu berguguran pada pohon yang rindang
Adakah terbersit di benakku, jika akarmu tak lagi mampu mengait butiran tanah?

Biarkan do’aku yang menyelimutimu
Hanya sebentar bulan. . .Ada dimensi waktu lain untuk kita bersua di taman surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar